Versi dari artikel ini juga dimuat di majalah Sindo Weekly pada tanggal 10 Januari 2013 dengan judul "Sepele Berujung Petaka." Link ke artikel online di Sindo Weekly akan dimuat disini jika sudah tersedia.
Dengan meningkatnya tingkat keselamatan dalam penerbangan di dunia, faktor-faktor penyebab setiap kecelakaan yang kompleks akan semakin sepele atau semakin misterius. Peningkatan keselamatan dilakukan dengan mentargetkan perbaikan faktor-faktor penyebab yang berakibat berbahaya namun mudah diperbaiki, lalu yang susah diperbaiki, kemudian siklus tersebut diulang kembali untuk faktor-faktor penyebab yang berakibat bahaya lebih rendah. Inilah perbaikan terus-menerus ini dilakukan agar kita bisa menikmati tingkat keselamatan penerbangan yang tinggi.
Dengan meningkatnya tingkat keselamatan dalam penerbangan di dunia, faktor-faktor penyebab setiap kecelakaan yang kompleks akan semakin sepele atau semakin misterius. Peningkatan keselamatan dilakukan dengan mentargetkan perbaikan faktor-faktor penyebab yang berakibat berbahaya namun mudah diperbaiki, lalu yang susah diperbaiki, kemudian siklus tersebut diulang kembali untuk faktor-faktor penyebab yang berakibat bahaya lebih rendah. Inilah perbaikan terus-menerus ini dilakukan agar kita bisa menikmati tingkat keselamatan penerbangan yang tinggi.
Sepele atau misterius dan sulit dimengerti?
Trajectory akhir menimbulkan
banyak pertanyaan. (Sumber: KNKT)
|
Namun apakah musibah Sukhoi ini diakibatkan oleh
faktor-faktor yang sepele atau yang misterius dan sulit dimengerti? Menjelaskan
kenapa sebuah pesawat yang tergolong mutakhir bisa menabrak gunung tanpa
mengalami kerusakan sebelumnya memang sulit apapun faktor penyebabnya, namun
lebih sulit lagi untuk kita bisa menjelaskan dan menerima bahwa faktor-faktor
penyebab kejadian ini adalah hal-hal yang sepele.
Spekulasi-spekulasi mengenai adanya bom,
pembajakan, atau pesawat melakukan manuver-manuver yang bersifat adu nyali seperti yang kita lihat di
pameran-pameran kedirgantaraan, hanyalah spekulasi mimpi demi mencari jawaban
yang mudah dan cepat. Ketidak cocokan jawaban-jawaban pintas tersebut dengan
kenyataan akhirnya mengarah ke tuding-tudingan mencari siapa yang salah dan
tentunya, akan jauh mudah untuk menyalahkan mereka yang sudah tiada dibanding
memberbaiki kita-kita yang masih hidup untuk tidak mengulangi
kesalahan-kesalahan tersebut.
Laporan akhir KNKT mengenai musibah yang menimpa
Sukhoi Superjet 9 Mei kemarin bisa selesai dalam waktu hanya 6 bulan dan 1
minggu. Laporan yang menurut saya adalah rekor dunia penyimpulan investigasi
kecelakaan pesawat yang tercepat di dunia ini berhasil mengungkapkan banyak
faktor-faktor penyebab yang sangat sepele.
Lalu apa yang bisa kita pelajari dan perbaiki dari kejadian ini?
Chart untuk penerbangan Visual Flight Rules
memberikan informasi topografi yang akurat
untuk penerbangan cross-country maupun
penerbangam di sebuah area.
(Sumber: KNKT)
|
Pertanyaan yang sangat sepele yang timbul dari
musibah ini adalah, bagaimana awak pesawat bisa sampai tidak mengetahui adanya
Gunung Salak? Dari laporan KNKT, terlihat bahwa persiapan demo flight ini kurang dari segi informasi yang diberikan kepada
awak pesawat. Rencana awal untuk terbang ke titik di arah 200 sejauh 20 mil
laut dari Halim, pada penerbangan pertama tidak disetujui oleh pihak Briefing Office di Halim, dan merubah
rencana penerbangan menjadi ke area Pelabuhan Ratu, namun penerbangan pertama
hari itu nyatanya hanya mencapai posisi sekitar rencana awal, pada arah 200 dan
20 mil laut dari Halim. Pada perencanaan penerbangan kedua, awak pesawat pun
berasumsi bahwa penerbangan akan seperti sebelumnya yaitu mencapai titik yang
sama sebelum kembali ke Halim. Namun, pihal Air
Traffic Control (ATC) di Tower Halim mendengar percakapan dari staff Briefing Office bahwa penerbangan
pertama terjadi diatas “Bogor Area”. Dengan informasi itu, maka pihak ATC Tower
Halim berasumsi penerbangan akan dilakukan di “Bogor Area”, dan informasi
tersebut disampaikan ke ATC Approach.
Disini, timbul 2 persepsi yang berbeda mengenai titik atau area mana saja yang
akan dilalui. Pihak ATC berasumsi “Bogor Area”, sedangkan awak pesawat
berasumsi 200 sejauh 20 mil laut dari Halim. Kebetulan, titik yang diasumsikan
awak pesawat, berada dalam “Bogor Area”. Namun siapa yang menyangka faktor yang
sepele ini menjadi salah satu penyebab kecelakaan?
Faktor sepele berikutnya adalah improvisasi tipe
pesawat yang dimasukkan ke dalam sistim ATC menunjukkan kurangnya koordinasi
antar bagian di pelayanan lalulintas udara kita. Memang improvisasi terpaksa dilakukan, karena tipe pesawat
Sukhoi RRJ-95B (nama resmi Sukhoi Superjet) belum ada dalam database ATC kita,
dan pihak ATC memasukkan tipe pesawat Sukhoi Su-30 ke sistim. Sayangnya, memang
nama pabriknya sama, Sukhoi, tetapi yang satu adalah pesawat penumpang, yang
satu lagi adalah pesawat tempur. Siapa yang bisa menyangka bahwa improvisasi
ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan ini?
Faktor sepele berikutnya adalah masalah chart atau peta yang dibawa oleh awak pesawat.
Peta yang dibawa oleh awak pesawat memang ada informasi sederhana mengenai
adanya gunung Salak, namun peta tersebut adalah tipe peta yang digunakan untuk
terbang antar kota. Pada saat briefing, awak pesawat tidak diberikan peta
lainnya yang digunakan untuk terbang rendah di sebuah area ataupun peta yang
lebih detail untuk terbang secara visual. Peta yang digunakan informasi
mengenai gunung dan dataran tinggi yang ada bisa dibilang hampir tidak berguna
untuk penerbangan ini karena skala peta yang digunakan, menghasilkan lokasi
Gunung Salak yang lebih jauh dari yang semestinya dan tidak mungkin pula bisa
digunakan untuk menghitung sebuah jarak sejauh 20 atau 30 mil laut. Tidak
membawa peta yang cocok untuk penerbangan yang akan dilakukan karena peta yang
digunakan sudah memiliki informasi dasar mengenai keberadaan gunung dan dataran
tinggi, adalah hal yang sepele, dan tetep saja menjadi faktor penyebab.
Ketiga faktor sepele ini, secara masing-masing,
tidak mungkin bisa menyebabkan sebuah pesawat yang sedang tidak rusak dan
diawaki oleh pilot-pilot yang berpengalaman menabrak gunung. Namun ketika
ketiga faktor sepele ini tersusun secara berurutan, maka resiko terhadap si
penerbangan nahas tersebut jauh meningkat.
3 hal sepele jika ber-urutan.
Petugas ATC yang sedang mengawasi penerbangan
tersebut memberikan ijin pesawat untuk turun dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki
karena dia menerima informasi bahwa penerbangan akan dilakukan di “Bogor Area”,
dimana ada “Atang Sanjaya Training Area” yang memiliki batas atas di ketinggian
6.000 kaki.
Turunnya pesawat ke 6.000 kaki meskipun kondisi cuaca
tidak cerah dan ada gunung di area sekitar dianggap tidak menjadi
faktor karena informasi yang ada di layar radar menyatakan bahwa pesawat
tersebut adalah jenis Sukhoi-30 yang merupakan pesawat tempur dengan aturan operasi yang berbeda dengan pesawat transport sipil.
Dengan tidak membawa peta
yang lebih cocok untuk keperluan penerbangan tersebut, awak pesawat tidak
menyadari seberapa dekat mereka dengan pegunungan terutama dengan gunung Salak
atau bahkan tidak tahu akan adanya sebuah gunung di sana.
Lupakan menyalahkan yang sudah mati karena ada PR bagi kita yang masih hidup.
Ketiga hal sepele tersebut telah menjadi fondasi
malapetaka yang terjadi pada tanggal 9 Mei 2012. Kecelakaan ini bisa
dikategorikan sebagai human error,
namun error yang terjadi tidak
terbatas pada petugas ATC yang mengawai pesawat tersebut ataupun pada awak
pesawat (pilot error). Sebelum kita
menyalahkan awak pesawat karena mematikan Terrain
Awareness and Warning System (TAWS) saat sistim tersebut memberikan
peringatan, atau menyalahkan sang tamu yang menjadi orang ketiga di kokpit
pesawat, kita harus ingat bahwa mereka sudah meninggal sehingga kita tidak
perlu mencegah mereka lagi dari berbuat kesalahan.
Namun yang kita butuh
lakukan adalah memperbaiki faktor-faktor sepele yang menjadi fondasi malapetaka
ini, karena yang memberikan briefing
hari itu, yang memasukkan data tipe pesawat ke sistim ATC, dan yang tidak
memberikan peta yang lebih cocok untuk penerbangan nahas tersebut, semua masih
hidup, dan kita butuh memperbaiki sistim dan kinerja kita dan mereka, agar
faktor-faktor sepele ini tidak lagi menjadi fondasi sebuah malapetaka yang
mungkin akan terjadi di masa depan.
Catatan:
Laporan Akhir Investigasi kecelakaan RA97004 bisa ditemukan di SINI atau di SINI.
Catatan:
Laporan Akhir Investigasi kecelakaan RA97004 bisa ditemukan di SINI atau di SINI.
Selaput Dara Buatan
BalasHapusObat Perangsang
Viagra USA Obat Kuat Pria
Bio Slim Herbal
Obat Mata Herbal
Perangsang Wanita
Obat Perangsang Cair
Perangsang Sex Drops
Semenax Penyubur Sperma
Vagina Tabung
Vagina Center
Boneka Seks Full Body Cantik
Vagina Pinggul
Alat Bantu Sex Pria
Vagina Elektrik
Penis Elektrik
Penis Tempel
Penis Manual
Penggeli Vagina
Penggemuk Badan
Cialis Obat Perkasa
Meizitang Obat Diet Alami
Quick Slim Penurun Berat Badan
Obat Peninggi Grow Up USA
Celana Hernia
Vigrxplus Pembesar Vital
Herbal Slim Peluntur Lemak
Pelangsing Lida
Vakum Penis
Alat Pembesar Penis
Pembesar Payudara
vimax Obat Pembesar Penis Alami