Tampil di Berita Satu hari ini, sayangnya beberapa
memuntahkan hal² yang tidak masuk akal!media memilih menampilkah "pakar instan" atau yang |
Hari sabtu kemarin saya akhirnya cukup bebas dari kejaran media. Akhirnya saya bisa beristirahat dan sempat juga hadir di rapat kerja meskipun ini adalah weekend, yah pekerjaan saya tidak boleh ketinggalan!
Namun saya tetap mengeluh, beberapa hari terakhir ini sungguh meletihkan. Selain masalah pekerjaan, saya juga menganalisa kecelakaan ini, terutama seputar pertanyaan, "Kenapa dia turun?" dan "Kenapa ATC mengijinkan dia untuk turun?" Jawaban kedua pertanyaan ini akan saya muat di artikel yang lain.
Namun hari ini ini, TV BeritaSatu memanggil saya untuk hadir kembali untuk membahas pesawat Sukhoi Superjet 100 ini, dan juga sedikit² mengenai kecelakaan ini.
Ketika saya menceritakan hal ini ke istri saya (dimana setiap kali ada interview dia harus mengalah, meskipun saya dirumah), dia tanya, "Memang dunia ini sudah kehabisan pakar dan pengamat yang bisa ngomong masalah ini?"
Sebelum saya bisa menjawab, dia menoleh ke layar televisi dimana seorang "pakar instan" sedang me-ngoceh sampah di TV. Lalu dia berkata, "Pantesan..."
Kecelakaan ini menimbulkan banyak pertanyaan dan diskusi dikalangan penggemar penerbangan di Indonesia, dan kawan saya yang juga mengatur account twitter @indoflyer bertanya:
Namun saya tetap mengeluh, beberapa hari terakhir ini sungguh meletihkan. Selain masalah pekerjaan, saya juga menganalisa kecelakaan ini, terutama seputar pertanyaan, "Kenapa dia turun?" dan "Kenapa ATC mengijinkan dia untuk turun?" Jawaban kedua pertanyaan ini akan saya muat di artikel yang lain.
Namun hari ini ini, TV BeritaSatu memanggil saya untuk hadir kembali untuk membahas pesawat Sukhoi Superjet 100 ini, dan juga sedikit² mengenai kecelakaan ini.
Ketika saya menceritakan hal ini ke istri saya (dimana setiap kali ada interview dia harus mengalah, meskipun saya dirumah), dia tanya, "Memang dunia ini sudah kehabisan pakar dan pengamat yang bisa ngomong masalah ini?"
Sebelum saya bisa menjawab, dia menoleh ke layar televisi dimana seorang "pakar instan" sedang me-ngoceh sampah di TV. Lalu dia berkata, "Pantesan..."
Kecelakaan ini menimbulkan banyak pertanyaan dan diskusi dikalangan penggemar penerbangan di Indonesia, dan kawan saya yang juga mengatur account twitter @indoflyer bertanya:
#indoflyer #sharing, seberapa objektifkah media massa dalam meliput kecelakaan penerbangan? Share your thought with #indoflyer hastag.
Saya merasa harus menjawab pertanyaan tersebut:
@indoflyer #indoflyer objektifitasnya terganggu karena ber-tahun2 pembodohan masyarakat mengenai kecelakaan penerbangan.
Maklum, kita sudah capek mendengan statement² aneh² dari beberapa kalangan sampai 5 tahun terakhir dimana FAA akhirnya memvonis Indonesia sebagai negara Kategori Keselamatan II, dan EUETC menerbitkan larangan ke semua maskapai Indonesia dari airspace Uni Eropa.
Saya lanjut...
Saya lanjut...
#indoflyer: Gangguan terbesar dlm mslh berita kecelakaan pesawat: masih banyak kutu busuk yg seneng menyesatkan org dgn berita2 palsu!
Berita palsu kecelakaan pesawat bukanlah hal yang baru. Ingat kejadian Adam Air 574? Ingat berita² palsu yang aneh² dari pesawat ditemukan dimana, sampai ditemukannya korban kecelakaan yang masih hidup, dan lain²? Kali ini malah ada yang mengatakan ponsel penumpang pesawat Sukhoi masih nyala lah, pesawat ada di Gunung Pangrango lah, sampai ada yang menuduh SAR lamban dan akan bertanggung jawab atas kematian korban hidup yang akhirnya meninggal lah...
Belum lagi foto² yang cepat beredar sebagai "foto dari tempat crash", tapi isinya gambar sayap Airbus A321 milik AirBlue yang menabrak gunung di Pakistan belum lama ini. Barusan, saya juga dengar ada foto² korban kecelakaan yang akhirnya ditemukan sebagai hoax! Akun Twitter si penyebar asal foto² tersebut sekarang telah di-suspend, dan Polisi sedang mempersiapkan aksi proses hukum pidana bagi si pelaku.
Belum lagi foto² yang cepat beredar sebagai "foto dari tempat crash", tapi isinya gambar sayap Airbus A321 milik AirBlue yang menabrak gunung di Pakistan belum lama ini. Barusan, saya juga dengar ada foto² korban kecelakaan yang akhirnya ditemukan sebagai hoax! Akun Twitter si penyebar asal foto² tersebut sekarang telah di-suspend, dan Polisi sedang mempersiapkan aksi proses hukum pidana bagi si pelaku.
Namun, media² di Indonesia juga memiliki masalah lain:
#indoflyer: Kurangnya praktisi/pengamat independen yg mengerti penerbangan = kebutuhan informasi dr sumber independen tdk dpt dipenuhi!
#indoflyer: utk kecelakaan, kalangan profesi maskapai, operator dan regulator harus menjaga kode etik mengenai info kecelakaan penerbangan.
#indoflyer: kode etik & peraturan tempat kerja= membatasi info yg bs disampaikan ke media masa & masyarakat. Sumber independen dibutuhkan!
#indoflyer: krn itu, setiap ada kecelakaan, media kekurangan sumber opini independen yg credible! Hasilnya, "pakar instan" yg pada nongol!
Lalu ada yang menge-tweet:
@(identitas disamarkan) Tunggu investigasi bagusnya pak, cuma black box jangan keluar lah, di indo aja biar jelas
Dimana saya menjawab:
#indoflyer menunggu hsl resmi itu baik, tp tdk menjwb kebutuh masyarakat yg ingin tahu & khawatir. Ttpi, spekulasi ngawur jg sgt tdk baik!
Dan saya memberi contoh, kasus saya sendiri:
#indoflyer: sy ingin tahu knp teman saya meninggal di pesawat tsb tanpa hrs nunggu 1thn, ttp saya tdk ingin diberikan penjelasan asbun!
Saya yakin BANYAK yang sependapat dengan saya masalah ini. Kerabat dan sanak saudara dari yang meninggal, membutuhkan jawaban cepat, namun tidak harus jawaban yang lengkap, tetapi jawaban yang diberikan haruslah yang masuk akal. Ini artinya, jangan berikan mereka jawaban/opini yang asbun!!!
Kurang pahamnya media mengenai penerbangan buat saya cukup mengkhawatirkan. Salah satu episode konyol yang terjadi adalah sewaktu pesawat 737 Adam Air melakukan hard landing di Surabaya mengakibatkan badan pesawat bengkok patah. Media² awalnya mengabarkan kabar yang tepat, bahwa ada pesawat melakukan pendaratan yang keras hingga badan pesawat rusak (dan beberapa menyatakan ada kecelakaan ringan, yang betul juga). Namun, pihak airline membantah meskipun diberi lihat foto pesawat 737-300 tersebut dengan punggungnya yang bengkok patah. "Cuman bengkok saja kok, gak apa apa!" Yang menyedihkan dari ini semua, beberapa media, menerima penjelasan tersebut. Namun, ketidak pahaman media tidak hanya untuk berita² buruk, berita² bagus pun, mereka bisa percaya apa saja yang diomongkan pihak airline (meskipun kadang² benar² tidak masuk akal apa yang dibicarakan!).
Apakah masih ada harapan? Tentu saja! Namun ketika saya membaca salah satu artikel yang menyatakan pesawat Sukhoi tersebut jatuh "karena kehabisan bahan bakar", dimana mereka mengutip Direktur Jendral Angkutan Udara, yang menjelaskan bahwa pesawat dinyatakan hilang dan kemungkinan besar jatuh, setelah pesawat belum ditemukan ketika kemampuan waktu jelajah pesawat tersebut telah habis, dan artikel tersebut menyimpulkan, "jadi karena itu, pesawat jatuh karena kehabisan bahan bakar," saya merasa, mungkin kita sudah kalah di perang ini!
Namun meskipun saya complain dan nge-dumel di artikel ini, saya berterima kasih bahwa saya bisa berteman dengan beberapa dari (yang menurut saya adalah) jurnalis penerbangan terbaik dan sosialita media sosial penerbangan terbaik di dunia, dan bahwa beberapa media yang memang mencari objektifitas masih menghubungi saya untuk opini dan pandangan wawasan saya. Tidak! Kita belum kalah dalam perang ini!
Kurang pahamnya media mengenai penerbangan buat saya cukup mengkhawatirkan. Salah satu episode konyol yang terjadi adalah sewaktu pesawat 737 Adam Air melakukan hard landing di Surabaya mengakibatkan badan pesawat bengkok patah. Media² awalnya mengabarkan kabar yang tepat, bahwa ada pesawat melakukan pendaratan yang keras hingga badan pesawat rusak (dan beberapa menyatakan ada kecelakaan ringan, yang betul juga). Namun, pihak airline membantah meskipun diberi lihat foto pesawat 737-300 tersebut dengan punggungnya yang bengkok patah. "Cuman bengkok saja kok, gak apa apa!" Yang menyedihkan dari ini semua, beberapa media, menerima penjelasan tersebut. Namun, ketidak pahaman media tidak hanya untuk berita² buruk, berita² bagus pun, mereka bisa percaya apa saja yang diomongkan pihak airline (meskipun kadang² benar² tidak masuk akal apa yang dibicarakan!).
Apakah masih ada harapan? Tentu saja! Namun ketika saya membaca salah satu artikel yang menyatakan pesawat Sukhoi tersebut jatuh "karena kehabisan bahan bakar", dimana mereka mengutip Direktur Jendral Angkutan Udara, yang menjelaskan bahwa pesawat dinyatakan hilang dan kemungkinan besar jatuh, setelah pesawat belum ditemukan ketika kemampuan waktu jelajah pesawat tersebut telah habis, dan artikel tersebut menyimpulkan, "jadi karena itu, pesawat jatuh karena kehabisan bahan bakar," saya merasa, mungkin kita sudah kalah di perang ini!
Namun meskipun saya complain dan nge-dumel di artikel ini, saya berterima kasih bahwa saya bisa berteman dengan beberapa dari (yang menurut saya adalah) jurnalis penerbangan terbaik dan sosialita media sosial penerbangan terbaik di dunia, dan bahwa beberapa media yang memang mencari objektifitas masih menghubungi saya untuk opini dan pandangan wawasan saya. Tidak! Kita belum kalah dalam perang ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar